Langsung ke konten utama

SIAPA SiiH.. ? IGNATIUS SUHARYO itu ??

Monsinyur (Mgr.) Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo (lahir di SedayuBantulYogyakartaIndonesia9 Juli 1950; umur 64 tahun) adalah Uskup Agung Jakarta sejak 29 Juni 2010, menggantikan Kardinal Julius DarmaatmadjaS.J.. Sebelum menduduki jabatan ini, Mgr. Suharyo adalah Uskup Agung Koajutor Jakarta.[1] Saat ini, ia juga menjadi Uskup Ordinariat Militer Indonesia. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Uskup Agung Semarang.[2]
Per tanggal 15 November 2012, ia menjabat sebagai Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, menggantikan Mgr.Martinus Dogma SitumorangOFM.Cap.

Masa kecil

Mgr. Suharyo lahir di SedayuBantulYogyakartaIndonesia pada 7 Juli 1950 dari pasangan ayah Florentinus Amir Hardjodisastra, seorang pegawai di Dinas Pengairan Daerah Istimewa Yogyakarta dan ibu Theodora Murni Hardjadisastra sebagai anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Kakaknya juga menjadi Imam, yakni Alm. RP. Suitbertus Ari Sunardi, OCSO, biarawan di Pertapaan Trappist Santa Maria Rawaseneng di Kota TemanggungJawa Tengah. Sementara dua orang saudarinya menjadi biarawati, yakni Suster Christina Sri Murni, FMM dan Suster Maria Magdalena Marganingsih, PMY.

Pendidikan

Mgr. Suharyo awalnya menjalani pendidikan dasar di SD Kanisius, Gubuk, Sedayu, dan pada kelas IV ia pindah ke SD Tarakanita, Bumijo, Yogyakarta. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Seminari Kecil Mertoyudan,Kabupaten MagelangJawa Tengah sejak tahun 1961. Mgr. Suharyo menjalani pendidikan menegah atas di Seminari Menengah Mertoyudan dan lulus pada tahun 1968. Ia kemudian melanjutkan studi di IKIP Sanata Dharma,Yogyakarta, dan pada tahun 1971 ia mendapatkan gelar Sarjana Muda bidang Filsafat/Teologi, serta pada 1976 mendapatkan gelar Sarjana Filsafat/Teologi. Kardinal Justinus Darmojuwono kemudian menugaskan Mgr. Suharyo untuk belajar di RomaItalia. Ia menyelesaikan studi Doktoral Teologi Bibilis di Universitas Urbaniana, RomaItalia pada tahun 1981.

Karier

Mgr. Suharyo ditahbiskan menjadi Imam pada 26 Januari 1976 oleh Kardinal Justinus Darmojuwono di KapelSeminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, bersama dengan RD Yohanes Bardiyanto.
Setelah kepulangannya dari RomaItalia, Mgr. Suharyo menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik PradnyawidyaYogyakarta sejak tahun 1981 hingga 1991. Pada tahun 1983 hingga 1993, ia menjadi Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta. Mgr. Suharyo sempat menjadi Dosen Pengantar dan Ilmu Tafsir Perjanjian Baru di Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta pada tahun 1989. Ia kemudian menjadi Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada tahun 1993 hingga 1997. Ia juga menjadi pengajar di Universitas Kristen Duta WacanaYogyakarta dan Universitas Katolik ParahyanganBandung pada tahun 1994-1996. Pada tahun 1996-1997, Suharyo menjadi Direktur Program Pascasarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, dan sempat menjadi Ketua Konsorsium Yayasan Driyarkara pada tahun 1997. Ia juga sempat menjadi Ketua UNIO (Persaudaraan Imam-imam Praja) Keuskupan Agung Semarang.
Mgr. Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Agung Semarang pada 21 April 1997 oleh Paus Yohanes Paulus II. Ia ditahbiskan pada 22 Agustus 1997 di Gedung Olahraga Jatidiri,SemarangJawa Tengah.[2] Ia ditahbiskan menjadi Uskup oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Julius Kardinal DarmaatmadjaS.J., yang merupakan pendahulu Mgr. Suharyo sebagai Uskup Agung Semarang. Mgr. Pietro SambiPro-Nuncio Apostolik untuk Indonesia sekaligus Uskup Agung Titular Bellicastrum dan Mgr. Blasius PujaraharjaUskup Ketapang menjadi Uskup Ko-konsekrator. Ia memilih semboyan "Serviens Domino Cum Omni Humilitate" (Kis 20:19), yang artinya "Aku Melayani Tuhan dengan Segala Rendah Hati",[1] sebuah bagian dari perikop perpisahan Santo Paulus dengan para penatua di Efesus. Sebagai seorang Uskup, ia memilih untuk tidak menggunakan zucchetto dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam memimpin Misa, serta tidak menggunakan tongkat gembala ketika memberikan homili.[3]
Pada 8 September 2000, Mgr. Suharyo menjadi Uskup Ko-konsekrator dalam penahbisan Uskup Purwokerto, Mgr. Julianus SunarkaS.J., bersama dengan Uskup Bandung, Mgr. Alexander Soetandio Djajasiswaja. Bertindak sebagai penahbis utama, yakni Uskup Agung Jakarta Mgr. Julius Kardinal DarmaatmadjaS.J..
Pada tahun 2000, Mgr. Suharyo terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia, untuk masa jabatan 3 tahun hingga tahun 2003, di mana Kardinal Julius menjadi Ketua Presidium. Pada 8 November 2003, Mgr. Suharyo kembali terpilih menjadi Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Indonesia, di mana Ketua Presidum kembali dijabat oleh Kardinal Julius.[4][5]
Pada Mei 2004, Mgr. Suharyo menjadi Guru Besar bidang teologi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.[6]
Pada 2 Januari 2006, Mgr. Suharyo ditunjuk menjadi Uskup Ordinariat Militer Indonesia, menggantikan Mgr. Julius Kardinal DarmaatmadjaS.J.. Pada 16 November dalam tahun yang sama, Mgr. Suharyo terpilih menjadi Wakil Ketua I Konferensi Waligereja Indonesia, sementara Ketua Presidium dijabat oleh Uskup Padang, Mgr. Martinus Dogma SitumorangO.F.M. Cap..[7]
Pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus 29 Juni 2007, ia kembali menjadi Uskup Ko-konsekrator dalam penahbisan Mgr. Vincentius Sutikno WisaksonoUskup Surabaya, bersama dengan Uskup Malang, Mgr. Herman Joseph Sahadat PandoyoputroO. Carm.. Dalam penahbisan itu, Uskup Agung Jakarta Mgr. Julius Kardinal DarmaatmadjaS.J.juga menjadi Penahbis Utama.
Pada 16 Juli 2008, bersama dengan Nuncio Apostolik untuk Indonesia dan Timor Leste sekaligus Uskup Agung Titular Capreae, Mgr. Leopoldo Girelli, Mgr. Suharyo menjadi Uskup Ko-konsekrator dalam penahbisan Mgr. Johannes Pujasumarta selaku Uskup BandungUskup Agung Jakarta Mgr. Julius Kardinal DarmaatmadjaS.J. menjadi Penahbis Utama.
Terkait permohonan Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ yang hendak pensiun, pada 25 Juli 2009, Tahta Suci Vatikan menunjuk Mgr. Suharyo menjadi Uskup Agung Koajutor Jakarta. Ia meninggalkan Keuskupan Agung Semarang pada 27 Oktober 2009, dan akan diterima di Keuskupan Agung Jakarta pada keesokan harinya. Selama kekosongan tahta, RD. Pius Riana Prapdi ditunjuk sebagai Administrator Apostolik oleh Dewan Imam Keuskupan Agung Semarang, hingga Uskup Bandung, Mgr. Johannes Pujasumartadiinstalasi menjadi Uskup Agung Semarang. Pada 11 November 2009, Mgr. Suharyo kembali menjabat sebagai Wakil Ketua I Konferensi Waligereja Indonesia, dan Ketua Presidium kembali dijabat oleh Mgr. Martinus Dogma Situmorang, O.F.M.Cap.[8]
Mgr. Suharyo resmi menjadi Uskup Agung Jakarta sejak 28 Juni 2010, sejak Tahta Suci Vatikan resmi menerima pengunduran diri Kardinal Julius Darmaatmadja, S.J., dan dalam Misa di Gereja Katedral Jakarta pada 29 Juni 2010, bertepatan pula dengan Perayaan Syukur 27 Tahun Tahbisan Uskup Julius Kardinal Darmaatmadja, S.J. dan 14 tahun menjadi Uskup Agung Jakarta, Mgr. Suharyo resmi diinstalasi menjadi Uskup Agung Jakarta, ditandai dengan penyerahan tongkat gembala Keuskupan Agung Jakarta kepadanya.
Pasca penunjukkan Mgr. Johannes Pujasumarta menjadi Uskup Agung Semarang yang membuat lowongnya tahta Uskup Bandung, Mgr. Suharyo sempat ditunjuk menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Bandung, sampai terpilihnya Mgr. Antonius Subianto BunjaminO.S.C..
Pada Pesta takhta Santo Petrus, 22 Februari 2014, Mgr Ignatius Suharyo kembali menjadi uskup ko-konsekrator dalam pentahbisan Mgr. Paskalis Bruno Syukur, O.F.M., bersama Mgr. Hubertus Leteng, sementara Mgr. Cosmas Michael Angkur, O.F.M. menjadi penahbis utama.
Pada tanggal 25 Agusutus 2014, untuk pertama kalinya Mgr. Suharyo menjadi Uskup Penahbis Utama dalam penahbisan Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin,O.S.C.. Bertindak sebagai Uskup Ko-konsekrator, yakni Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno SyukurO.F.M. dan Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta.

Karya

Mgr. Suharyo telah menulis sejumlah buku, yakni:
  1. Membaca Kitab Suci: Paham-paham Dasar
  2. Membaca Kitab Suci: Tulisan-tulisan Perjanjian Lama
  3. Membaca Kitab Suci: Tulisan-tulisan Perjanjian Baru
  4. Pengantar Injil Sinoptik
  5. Alam Hidup Perjanjian Lama
  6. Kitab Wahyu, Paham dan Maknanya Bagi Hidup Kristen
  7. Datanglah KerajaanMu
  8. Kisah Sengsara Yesus dalam Injil Sinoptik
  9. The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesian Kita
Selain menulis, Mgr. Suharyo juga menyadur karya Henri J.M. Nouwen, antara lain:
  1. Menggapai Kematangan Hidup Rohani
  2. Dengan Tangan Terbuka
  3. Engkau Dikasihi
  4. Kembalinya Si Anak Hilang
  5. Cakrawala Hidup Baru
  6. Pelayanan yang Kreatif

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN LAGU MISA

        Tuhan Membuat Indah Rm. Markus Yumartana Ref. Tuhan membuat indah          pada waktunya;         Tuhan membuat indah          pada waktunya. (2x) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati; Ada waktu’ tuk menabur, ada waktu ‘tuk menuai. Tuk segalanya ada waktunya, Tuk semuanya ada waktunya. Ref. Ada waktu ‘tuk tertawa, ada waktu ‘tuk menangis, Ada waktu ‘tuk bekerja, ada waktu ‘tuk berlibur. Tuk segalanya ada waktunya. Tuk semuanya ada waktunya. Ref. ======================================================================== Kasungu Ma (Repetitif; Lagu Dayak Manyan) Kasungu ma, Tuhan Atala Ari’ pamelum takam, takam, takam. (Kerinduanku pada Tuhan, Dia penopang hidup selamanya) =======================================================================   Hari-hari Kita Ref. Hari-hari kita sperti rumput         Ilalang,                       Bergerak  kemana  angin meniup.                       Hari-hari kita sperti bunga di                    

Integritas: Satunya Kata dan Perbuatan

Semuanya berawal disini ! Ada rasa ingin berkumpul dan bertemu dalam ikatan kasih bersama  Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) . Kami melangkah dilorong-lorong yang gelap diantara mayoritas iman yang ada. Kini, KMK Universitas Indraprasta PGRI hadir tidak hanya menjadi lilin yang menerangi jalan, namun juga menuntun kami berjalan mencapai cahaya keimanan.  Pada 24 - 26 Agustus 2016, kami bersama memulai merangkul para sahabat seiman di lingkungan kampus melalui kegiatan Festival ORMAWA. Dan dari hasil pencarian itu, tercatat 51 Orang Mahasiswa Katolik terdata. Nampak jelas perasaan bahagia mereka saat kami menggoreskan nama-nama mereka kedalam daftar penerimaan mahasiswa baru untuk bergabung di mata kuliah agama Katolik. Cahaya wajah mereka juga terlihat memiliki kerinduan dan keinginan untuk berkumpul dan bertemu dengan saudara seiman dimana Keluarga Mahasiswa Katolik sendiri hadir sebagai wadah untuk menampung minat dan bakat mereka kedepan. Hal ini sesuai

TATA GERAK LITURGI dalam Perayaan Ekaristi

Tanda Salib Tanda salib memiliki tiga makna, yaitu : Pertobatan atas dosa-dosa manusia Perlindungan dari Yang Jahat Mengingatkan kita akan janji baptis kita: menolak setan, mengakui iman dalam Kristus, dan kita dibaptis dalam misterTritunggal Kudus Dalam membuat tanda salib, kita mengucapkan “Dalam nama Bapa (jari menyentuh dahi), dan Putra (jarimenyentuh perut), dan Roh Kudus (jari menyentuh bahu ). Amin” Terdapat dua cara dalam membuat tanda salib. Pertama , dari atas kebawah, lalu dari kanan ke kiri. Dari atas ke bawah memiliki makna Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari orang Yahudi (kanan) ia menyampaikannya ke orang-orang non Yahudi (kiri). Kedua , dari atas ke bawah, lalu dari kiri ke kanan.Dari kiri ke kanan berarti dari penderitaan kita menyeberang menuju kemuliaan, seperti Kristus yang menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan darineraka ke surga. Cara membuat tanda salib inilah yang digunakan umat katolik ritus latin. Kapan tanda