Langsung ke konten utama

INI DIA PENJELASAN TENTANG SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA (SAGKI)


Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia atau disingkat SAGKI merupakan sidang para uskup seluruh Indonesia dan umat Katolik yang diwakili oleh kelompok kerasulan awam (kerawam), perwakilan paroki, ataupun juga kelompok kategorial. SAGKI diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali. SAGKI yang pertama kali diadakan pada 1995, di Graha Kencana, BKKBN, Halim Perdanakusuma, Jakarta dengan nama SIDANG KWI-UMAT. Yang dibahas dalam SAGKI adalah sikap Gereja Katolik menanggapi berbagai persoalan sosial kemasyarakatan yang muncul, apa yang akan dilakukan Gereja Katolik pada masa mendatang dengan melihat perjalanan yang telah dilalui. SAGKI Bermula dari hasil SIDANG KWI-UMAT pada 1995 dan hasil SAGKI th. 2000 yang kemudian diaktualisasi terus menerus dalam bentuk SURAT GEMBALA dan atau NOTA PASTORAL dalam kurun waktu 1995 sampai dengan 2004, Kini SAGKI telah melaksaksanakan sidangnya yang ke-IV.

Berikut Salam dan Sambutan Kasih,  Uskup Keuskupan Agung Jakarta, I. Suharyo,pada hasil SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA (SAGKI) IV :

Mgr. I. Suharyo berdiskusi bersama Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (AHOK)
Dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia 2015
Sumber foto : @instakatolik

Pada tanggal 2 – 6 November 2015 telah berlangsung dengan tema “Keluarga Katolik: Sukacita Injil. Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Masyarakat Indonesia yang Majemuk”. Peserta terdiri dari wakil-wakil umat, imam, biarawan/biarawati dan para uskup dari seluruh Indonesia. Syukur bahwa sidang itu berlangsung dengan sangat baik, menjadi kesempatan untuk berdoa bersama, bersyukur, saling meneguhkan dan memperkaya kehidupan. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh umat Keuskupan Agung Jakarta yang telah mendukung pertemuan ini dengan doa, derma, tenaga dan pikiran, keterlibatan sehingga pertemuan ini sungguh bermakna.

Tema mengenai keluarga diambil, karena Gereja Katolik Indonesia ingin sehati seperasaan dengan Gereja seluruh dunia. Selama dua tahun berturut-turut (2014 dan 2015) tema sinode adalah keluarga. Keluarga adalah sel masyarakat. Sehat atau tidak sehatnya masyarakat ditentukan sebagian besar oleh keluarga, karena keluarga adalah “sekolah kemanusiaan yang pertama dan utama”.

Di dalam keluarga, seharusnya semua anggotanya berkembang menjadi pribadi yang dewasa, matang, utuh, berwatak mulia. Sengaja digunakan kata “pribadi”. Kata “pribadi”  menerjemahkan kata bahasa Latin  “persona” yang terdiri dari dua kata “per” (sarana, melalui) dan “sonus” (suara, gema, “Sang Sabda”). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pribadi manusia adalah dia yang menggemakan Sang Sabda, citra Allah. Oleh karena itu St. Ireneus dapat mengatakan bahwa kemuliaan Allah adalah manusia yang hidup.

Di tengah-tengah berbagai tantangan baru yang semakin beragam, semoga keluarga-keluarga tetap bertekun dalam panggilan dan perutusan untuk menjadikan keluarga sebagai jalan menuju kesempurnaan kasih dan kepenuhan hidup kristiani. Salam dan berkat Tuhan untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda.

+ I. Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta. 

Sumber : kaj.or.id



Adapun memiliki perjalanan cukup panjang, berikut perjalanan SAGKI di Indonesia :
  • Sidang KWI-Umat 1995 - dengan tema Mewujudkan Refleksi Dan Proyeksi Keterlibatan Umat Dalam Sejarah Bangsa. Julius Kardinal Darmaatmaja SJ menegaskan bahwa umat katolik sebagai warga negara Indonesia tidaklah cukup kiranya hanya mengunjungi gereja dan bersembahyang saja. Umat Katolik lebih-lebih harus berani menceburkan diri ke dalam masyarakat.
  • Surat Gembala Paskah 1997: Kerusakan moral di segala bidang kehidupan masyarakat karena hukum tak diindahkan, hak dan martabat manusia tak dihormati, serta keadilan tidak ditegakkan. Kaum muda dihimbau terlibat dalam politik yang bermoral.
  • Surat Gembala Paskah 1999 - Gereja menjelaskan semakin terlihat penyalahgunaan uang, kekuasaan, jabatan dan fasilitas negara dalam berbagai bidang untuk meraih suatu tujuan. Pesan Para Uskup adalah Gunakan hati nurani dalam pemilu.
  • SAGKI 2000 - dengan tema MEMBERDAYAKAN KOMUNITAS BASIS MENUJU INDONESIA BARU.
    Komunitas Basis dipandang sebagai salah satu cara baru hidup menggereja. Komunitas Basis adalah "satuan umat yang relatif kecil dan yang mudah berkumpul secara berkala untuk mendengarkan firman Allah, berbagi masalah sehari-hari, baik masalah pribadi, kelompok, maupun masalah sosial, dan mencari pemecahannya dalam terang Kitab Suci". (Kis 2:1-47). Komunitas basis ini diinspirasikan oleh teladan hidup umat perdana (gereja purba/awal) seperti dilukiskan dalam Kitab Suci (mis. Kisah Rasul). Dengan demikian, komunitas basis bukan sekadar istilah atau nama, melainkan Gereja yang hidup bergerak dinamis dalam pergumulan iman. Komunitas basis akan memberi wajah baru hidup menggereja umat yang mampu berbelarasa dengan saudara yang miskin dan tertindas. Dengan komunitas basis yang berada di tataran akar rumput, Gereja Katolik tidak akan mengalami 'irelevansi eksternal' atau 'insignifikansi sosial ”— (HASIL-HASIL SAGKI 2000 No 10)
  • Surat Gembala Paskah 2001 - dikeluarkan dengan latar belakang munculnya keprihatinan terhadap pemimpin yang tidak peka terhadap krisis. Gereja melihat pemimpin tidak mempunyai rencana, prioritas, serta tidak bisa dijadikan teladan. Pertanyaannya adalah apakah moral sudah mati? Yang digarisbawahi, rakyat membutuhkan suasana damai - akhiri konflik eksekutif dan legislatif.
  • Nota Pastoral 2003 - dalam Nota Pastoral ini, Para Uskup melihat bahwa telah terjadi hancurnya keadaban, homo homini lupus. Kekuasaan dan uang menjadi penentu perilaku. Oleh karena itu dihimbau untuk melakukan gerakan antikorupsi, civil society untuk menghindari disintegrasi bangsa.
  • Nota Pastoral 2004 - Ditegaskan kembali terjadinya kehancuran keadaban publik. Materi, uang, kedudukan menjadi pengendali perilaku. Kekerasan, kehancuran lingkungan sebagai cerminan rusaknya mental budaya. Oleh karena itu, didorong agar diciptakan budaya tandingan dengan menciptakan sikap, budaya dan perilaku hidup baru.
  • SAGKI 2005 & PERNAS diselenggarakan pada 16 - 20 November 2005 di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, Jawa Barat dengan tema Bangkit & Bergeraklah. SAGKI akan diawali dengan Pertemuan Nasional (PERNAS) Orang Muda Katolik Indonesia yang diselenggarakan pada 12-16 November 2005 di Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Jakarta
  • SAGKI 2010 pada tanggal 1-5 November 2010 di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor, Jawa Barat yang dihadiri para wakil umat katolik dari ke-37 Keuskupan dan Keuskupan Agung di Indonesia dengan tema Ia Datang supaya Semua Memperoleh Hidup dalam Kelimpahan (bdk. Yoh 10:10)
Sumber : wikipedia.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN LAGU MISA

        Tuhan Membuat Indah Rm. Markus Yumartana Ref. Tuhan membuat indah          pada waktunya;         Tuhan membuat indah          pada waktunya. (2x) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati; Ada waktu’ tuk menabur, ada waktu ‘tuk menuai. Tuk segalanya ada waktunya, Tuk semuanya ada waktunya. Ref. Ada waktu ‘tuk tertawa, ada waktu ‘tuk menangis, Ada waktu ‘tuk bekerja, ada waktu ‘tuk berlibur. Tuk segalanya ada waktunya. Tuk semuanya ada waktunya. Ref. ======================================================================== Kasungu Ma (Repetitif; Lagu Dayak Manyan) Kasungu ma, Tuhan Atala Ari’ pamelum takam, takam, takam. (Kerinduanku pada Tuhan, Dia penopang hidup selamanya) =======================================================================   Hari-hari Kita Ref. Hari-hari kita sperti rumput         Ilalang,                       Bergerak  kemana  angin meniup.                       Hari-hari kita sperti bunga di                    

Integritas: Satunya Kata dan Perbuatan

Semuanya berawal disini ! Ada rasa ingin berkumpul dan bertemu dalam ikatan kasih bersama  Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) . Kami melangkah dilorong-lorong yang gelap diantara mayoritas iman yang ada. Kini, KMK Universitas Indraprasta PGRI hadir tidak hanya menjadi lilin yang menerangi jalan, namun juga menuntun kami berjalan mencapai cahaya keimanan.  Pada 24 - 26 Agustus 2016, kami bersama memulai merangkul para sahabat seiman di lingkungan kampus melalui kegiatan Festival ORMAWA. Dan dari hasil pencarian itu, tercatat 51 Orang Mahasiswa Katolik terdata. Nampak jelas perasaan bahagia mereka saat kami menggoreskan nama-nama mereka kedalam daftar penerimaan mahasiswa baru untuk bergabung di mata kuliah agama Katolik. Cahaya wajah mereka juga terlihat memiliki kerinduan dan keinginan untuk berkumpul dan bertemu dengan saudara seiman dimana Keluarga Mahasiswa Katolik sendiri hadir sebagai wadah untuk menampung minat dan bakat mereka kedepan. Hal ini sesuai

TATA GERAK LITURGI dalam Perayaan Ekaristi

Tanda Salib Tanda salib memiliki tiga makna, yaitu : Pertobatan atas dosa-dosa manusia Perlindungan dari Yang Jahat Mengingatkan kita akan janji baptis kita: menolak setan, mengakui iman dalam Kristus, dan kita dibaptis dalam misterTritunggal Kudus Dalam membuat tanda salib, kita mengucapkan “Dalam nama Bapa (jari menyentuh dahi), dan Putra (jarimenyentuh perut), dan Roh Kudus (jari menyentuh bahu ). Amin” Terdapat dua cara dalam membuat tanda salib. Pertama , dari atas kebawah, lalu dari kanan ke kiri. Dari atas ke bawah memiliki makna Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari orang Yahudi (kanan) ia menyampaikannya ke orang-orang non Yahudi (kiri). Kedua , dari atas ke bawah, lalu dari kiri ke kanan.Dari kiri ke kanan berarti dari penderitaan kita menyeberang menuju kemuliaan, seperti Kristus yang menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan darineraka ke surga. Cara membuat tanda salib inilah yang digunakan umat katolik ritus latin. Kapan tanda