Langsung ke konten utama

TATA GERAK LITURGI dalam Perayaan Ekaristi


Tanda Salib

Tanda salib memiliki tiga makna, yaitu :

  • Pertobatan atas dosa-dosa manusia
  • Perlindungan dari Yang Jahat
  • Mengingatkan kita akan janji baptis kita: menolak setan, mengakui iman dalam Kristus, dan kita dibaptis dalam misterTritunggal Kudus

Dalam membuat tanda salib, kita mengucapkan “Dalam nama Bapa (jari menyentuh dahi), dan Putra (jarimenyentuh perut), dan Roh Kudus (jari menyentuh bahu ). Amin”

  • Terdapat dua cara dalam membuat tanda salib.

    Pertama, dari atas kebawah, lalu dari kanan ke kiri. Dari atas ke bawah memiliki makna Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari orang Yahudi (kanan) ia menyampaikannya ke orang-orang non Yahudi (kiri).

    Kedua, dari atas ke bawah, lalu dari kiri ke kanan.Dari kiri ke kanan berarti dari penderitaan kita menyeberang menuju kemuliaan, seperti Kristus yang menyeberang dari kematian menuju kehidupan, dan darineraka ke surga. Cara membuat tanda salib inilah yang digunakan umat katolik ritus latin.


Kapan tanda salib dilakukan?
  • Saat kita memasuki Gereja dan mencelupkan jari ke dalam air suci, kita membuat tanda salib
  • Saat mengawali dan menutup Perayaan Ekaristi.
  • Saat menerima percikan air suci,pengganti Penyataan Tobat.
  • Saat memulai bacaan injil, setelah imamberkata “Inilah Injil Yesus Kristus menurut…” umat membuat tiga tanda salib kecil di dahi, bibir dan dada. Gestur ini memiliki arti “semoga Tuhan memurnikan pemahaman, kata-kata dan hati saya, sehingga saya dapat menerima perkataan Injil”




Genufleksi

Genufleksi berarti berlutut dengan sebelah kaki, biasanya lutut kaki kanan disentuhkan ke tanah (sentuhkan ke tanah bila lutut anda tidak bermasalah, jangan setengah-setengah atau ragu untuk melakukannya). Genufleksi dilakukan setelah membuat tanda salib, ketika umat hendak duduk dibangku gereja dan lampu di Tabernakel menyala, menandakan bahwa Tubuh Kristus bertahta di sana. Sebelum duduk dan saat umat hendak meninggalkan gereja karena misa telah selesai, maka umat melakukan genufleksi. Genufleksi merupakan sikap yang kita lakukan untuk menyembah Kristus yang hadir dan bertahta di tabernakel. Oleh karena itu, genufleksi haruslah dilakukan dengan seksama dan penuh rasa hormat, dan tidak dilakukan dengan tergesa-gesa.


Menundukkan Kepala dan Membungkukkan Badan

PUMR 275 : Menundukkan kepala dan membungkuk merupakan tanda penghormatan kepada orang atau barang yang merupakan representasi pribadi tertentu.

a. Menundukkan kepala dilakukan waktu mengucapkan nama Tritunggal Mahakudus, nama Yesus, nama Santa Perawan Maria, dan nama santo / santa yang diperingati dalam Misa yang bersangkutan.

b. Membungkukkan badan atau membungkuk khidmat dilakukan waktu
  1. Menghormati altar;
  2. Sebelum memaklumkan Injil, waktu mengucapkan doa sucikanlah hati dan budiku, ya Allah yang mahakuasa
  3. Dalam syahadat, waktu mengucapkan kata-kata Ia dikandung dari Roh Kudus dan Ia menjadi manusia;
  4. Dalam persiapan persembahan, waktu mengucapkan doa Dengan rendah hati dan tulus;
  5. Dalam Kanon Romawi pada kata-kata Allah yang mahakuasa, utuslah malaikat-Mu Membungkuk juga dilakukan oleh diakon waktu minta berkat kepada imam sebelum mewartakan Injil. Kecuali itu, imam juga membungkuk sedikit waktu mengucapkan kata-kata Tuhan pada saat konsekrasi: Terimalah …


Berdiri

Posisi berdiri menunjukkan rasa hormat yang kita berikan di hadapan Allah. Ini berarti kita siap untuk menanggapi Dia.

Menurut Pedoman Umum Missale Romawi (no. 43), umat hendaknya berdiri :
  • Dari awal nyanyian pembuka, atau selama perarakan masuk menuju altar sampai dengan doa pembuka selesai;
  • Pada waktu melagukan bait pengantar Injil ( dengan atau tanpa alleluya);
  • Pada waktu Injil dimaklumkan;
  • Selama syahadat;
  • Selama doa umat;
  • Dari ajakan Berdoalah, Saudara sebelum doa persiapan persembahan sampai akhir perayaan Ekaristi, kecuali pada saat-saat yang disebut di bawah ini.

Memukul Dada


Merupakan tanda pertobatan dan kerendahan hati, seperti yang ditunjukkan oleh pemungut cukai dalam Injil Lukas 18 : 13

“Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri (dalam bahasa Inggris : beat his breast) dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.”

Gerakan ini dilakukan pada bagian “saya berdosa (memukul dada), saya berdosa (memukul dada), saya sungguh berdosa (memukul dada)” pada ritus pertobatan


Duduk

Duduk menandakan bahwa umat siap untuk mendengarkan dengan seksama dan penuh perhatian, serta menunjukkan kesiapan untuk diajar. Ingatlah bahwa ketika kita duduk selama Misa, kita tidak duduk di ruang tamu, di lobi, atau di ruangan lainnya. Kita duduk di hadapan Allah, oleh karena itu duduklah dengan posisi tubuh tegap,tenang, dan menunjukkan rasa hormat. Jangan melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu. Dengarkanlah dengan seksama bacaan Kitab Suci dan Homili yang diberikan Imam. Sikap tubuh kita harus mencerminkan sikap batin yang menunjukkan kesiapan : mendengar dengan telinga hati (St. Bernard)

Kita duduk selama persiapan persembahan dan saat hening. Hendaknya kita tidak lupa bahwa misa adalah rangkaian doa yang panjang, jadi saat duduk dalam suasana hening, hendaknya pikiran dan perbuatan kita menunjukkan sikap doa, dan bukannya mengobrol, minum, membuka handphone, dst.

Menurut Pedoman Umum Missale Romawi (no. 43),Umat hendaknya duduk:

  • Selama bacaan-bacaan sebelum Injil dan selama mazmurtanggapan;
  • Selama homili;
  • Selama persiapan persembahan;
  • Selama saat hening sesudah komuni.
Umat berlutut pada saat konsekrasi, kecuali kalau ada masalah kesehatan atau tempat ibadat tidak mengijinkan, entah karena banyaknyaumat yang hadir, entah karena sebab-sebab lain. Mereka yang tidak berlutut pada saat konsekrasi hendaknya membungkuk khidmat pada saat imam berlutut sesudah konsekrasi.

Akan tetapi, sesuai dengan ketentuan hukum, Konferensi Uskup boleh menyerasikan tata gerak dan sikap tubuh dalam tata Tata Perayaan Ekaristi dengan ciri khas dan tradisi sehat bangsa setempat.[*] Namun,hendaknya Konferensi Uskup menjamin bahwa penyerasian itu selaras dengan makna dan ciri khas bagian perayaan Ekaristi yang bersangkutan. Kalau umat sudah terbiasa berlutut sejak sesudah Kudus sampai dengan akhir Doa Syukur Agung, kebiasaan ini seyogyanya dipertahankan.

Demi keseragaman tata gerak dan sikap tubuh selama perayaan, umat hendaknya mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh diakon, pelayan awam, atau imam, selaras dengan petunjuk buku-buku liturgis.


Mengatupkan Tangan

Saat berdoa, posisi tangan juga memiliki makna dan penting untuk diperhatikan.

Terdapat dua cara untukmengatupkan tangan : pertama, dengan jari-jari saling menggenggam, atau dengan kedua telapak tangan terbuka saling bersentuhan dengan jari-jari dalam posisi lurus, dimana jempol kanan berada diatas jempol kiri, membentuk salib. Kedua posisi tangan kita berada di depan dada, bukan di bawah perut.

Posisi tangan menggenggam atau kedua telapak tangan terbuka yang saling bersentuhan menunjukan kekurangan kita, yaitu kesalahan kita, dorongan-dorongan kita yang tidak teratur. Oleh karena itu kita menggenggam atau mengatupkan tangan sebagai upaya untuk mengendalikan hal tersebut, dan hanya mengarahkan atensi serta perhatian kepada Allah.


Berlutut

“Janganlah biarkan lutut yang kita tekuk menjadi gestur yang tergesa-gesa, sebuah bentuk yang kosong. Berikan makna padanya; berlutut, dalam intensi jiwa, sama dengan membungkuk dihadapan Allah dengan penghormatan yang paling mendalam” – Romano Guardini

Berlutut menandakan sikap hormat dan menyembah kepada Tuhan Yesus yang hadir. Dengan berlutut, kita belajar untuk rendah hati, menunjukkan kekecilan kita di hadapan Ia yang mahabesar. Berlutut juga memiliki makna pertobatan

Kapan kita berlutut?
  • Saat umat memasuki gereja dan berdoa secara pribadi
  • Saat Doa Syukur Agung
  • Saat Anak Domba Allah
  • Setelah Menerima Komuni

Berjalan

“Berjalan. Berapa banyak orang tahu cara berjalan? Berjalan tidak berarti terburu-buru seperti sedang berlari, atau menyeret kaki seperti langkah seekor siput, tetapi berjalan merupakan pergerakan maju yang kokoh dan tenang. Ada kelenturan dalam langkah seorang pejalan yang baik. Ia mengangkat dan tidak menyeret kakinya. Ia berjalan tegap, tidak membungkuk, dan langkahnya pasti dan tenang” – Romano Guardini

Kita berjalan saat hendak menyambut Komuni Suci.Sudah layak dan sepantasnya bahwa selama berjalan, kita memiliki kesadaran bahwa kita semakin dekat kepada kehadiran Allah yang nyata, tubuh dan darah,jiwa dan keilahian Kristus dalam Komuni Suci. Oleh karena itu, kita perlu berjalan dengan tegap, tenang, perlahan tapi pasti, sambil tetap menunjukkan rasa hormat terhadap Ia yang akan kita sambut.




Paus Fransiskus bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KUMPULAN LAGU MISA

        Tuhan Membuat Indah Rm. Markus Yumartana Ref. Tuhan membuat indah          pada waktunya;         Tuhan membuat indah          pada waktunya. (2x) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk mati; Ada waktu’ tuk menabur, ada waktu ‘tuk menuai. Tuk segalanya ada waktunya, Tuk semuanya ada waktunya. Ref. Ada waktu ‘tuk tertawa, ada waktu ‘tuk menangis, Ada waktu ‘tuk bekerja, ada waktu ‘tuk berlibur. Tuk segalanya ada waktunya. Tuk semuanya ada waktunya. Ref. ======================================================================== Kasungu Ma (Repetitif; Lagu Dayak Manyan) Kasungu ma, Tuhan Atala Ari’ pamelum takam, takam, takam. (Kerinduanku pada Tuhan, Dia penopang hidup selamanya) =======================================================================   Hari-hari Kita Ref. Hari-hari kita sperti rumput         Ilalang,                       Bergerak  kemana  angin meniup.                       Hari-hari kita sperti bunga di                    

Integritas: Satunya Kata dan Perbuatan

Semuanya berawal disini ! Ada rasa ingin berkumpul dan bertemu dalam ikatan kasih bersama  Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) . Kami melangkah dilorong-lorong yang gelap diantara mayoritas iman yang ada. Kini, KMK Universitas Indraprasta PGRI hadir tidak hanya menjadi lilin yang menerangi jalan, namun juga menuntun kami berjalan mencapai cahaya keimanan.  Pada 24 - 26 Agustus 2016, kami bersama memulai merangkul para sahabat seiman di lingkungan kampus melalui kegiatan Festival ORMAWA. Dan dari hasil pencarian itu, tercatat 51 Orang Mahasiswa Katolik terdata. Nampak jelas perasaan bahagia mereka saat kami menggoreskan nama-nama mereka kedalam daftar penerimaan mahasiswa baru untuk bergabung di mata kuliah agama Katolik. Cahaya wajah mereka juga terlihat memiliki kerinduan dan keinginan untuk berkumpul dan bertemu dengan saudara seiman dimana Keluarga Mahasiswa Katolik sendiri hadir sebagai wadah untuk menampung minat dan bakat mereka kedepan. Hal ini sesuai